Pernisanan: Warisan Budaya Benda sebagai Penanda Peradaban Islam di Kota Surabaya

Gambar FB Arya Purbaya

Surabaya, citrapedia.id | Masyarakat Pegiat Sejarah Islam Nusantara (MAPSINU) menegaskan pentingnya menjaga dan meneliti warisan budaya benda berupa Nisan dan Jirat (Pernisanan) sebagai bukti nyata perkembangan peradaban Islam di Kota Surabaya.

Istilah pernisanan merujuk pada seni dan tradisi penanda makam—nisan—yang memuat biasanya inskripsi arab, carakan, maupun motif ragam hias khas pesisir Jawa. Di berbagai titik di Surabaya, peninggalan ini tidak hanya menunjukkan nilai spiritual, tetapi juga menyimpan jejak sejarah sosial, budaya, seni, dan intelektual umat Islam di masa lalu.

“Melalui batu nisan, kita dapat membaca perjalanan Islam di Kota Surabaya, bagaimana dakwah berkembang, ilmu pengetahuan tumbuh, dan budaya lokal berasimilasi dengan nilai-nilai Islam,” ujar Nurul Yaqin, Ketua MAPSINU, dalam wawancara pers di Surabaya, Sabtu 25/10/2025.

Ragam Nisan di Kota Surabaya

Kajian lapangan MAPSINU bersama sejumlah sejarawan dan arkeolog menunjukkan bahwa bentuk-bentuk nisan kuno di Surabaya, terutama di kawasan Sunan Ampel, Botoputih, Pesarean Agung Kapasan, Makam Kawatan dan Makam Bungkul, menampilkan corak dan teknik ukiran yang mencerminkan akulturasi antara seni budaya Islam, Jawa, dan peradaban lokal.

Selain itu, beberapa nisan memuat kaligrafi ayat-ayat Al-Qur’an, doa, hingga nama tokoh penyebar Islam yang berperan penting dalam jaringan dakwah pesisir abad ke-15 hingga ke-18. Hal ini memperlihatkan bahwa pernisanan bukan hanya penanda kematian, melainkan prasasti peradaban Islam di pesisir utara Jawa.

“Pernisanan merupakan arsip atau dokumen yang terbuat dari batu merekam nilai-nilai tauhid, ilmu, hubungan kekerabatan dan status sosial masyarakat Muslim terdahulu,” tambah Nurul Yaqin.

Melalui siaran pers ini, MAPSINU menyerukan agar pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat bersinergi dalam:

Pendataan dan dokumentasi nisan kuno di wilayah Surabaya dan sekitarnya.

Konservasi situs makam bersejarah yang memiliki nilai budaya tinggi.

Penyusunan peta warisan peradaban Islam pesisir Jawa Timur sebagai basis riset dan pendidikan publik.

Langkah ini diharapkan dapat memperkuat posisi Surabaya sebagai kota bersejarah dalam peta Islam Nusantara, sekaligus menjadi laboratorium terbuka bagi generasi muda untuk mempelajari sejarah Islam melalui benda-benda peninggalan yang autentik.

“Menjaga pernisanan berarti menjaga ingatan kolektif bangsa tentang peradaban Islam yang pernah jaya dan berkontribusi besar terhadap identitas Surabaya hari ini,” tutup Nurul Yaqin.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page