By Isfandiari MD
Belasan tahun kami bergaul dengan para skuteris—mulai dari yang fashionable, daily scooterist, hingga rat scoot. Yang terakhir ini memang unik dalam segala sisi. Mereka ada di mana-mana; di sudut desa hingga kota metropolitan. Rat scoot selalu hadir dengan wajah yang sama: ramah dan bersahaja.
“Kalau sempat luangkan sedikit waktu ya, nanti kami ajak jalan-jalan di kota ini,” ujar Daryono dan Welit dari Komunitas Vespa Ciruas, Banten. Walau tidak semua, beberapa brother di komunitas ini menganut gaya rat scoot. Dalam waktu dan komunitas berbeda, pengalaman serupa sering kami alami. Intinya, semangat bersilaturahmi dan kehangatan ala skuteris memang tak pernah lekang.
ESTETIKA RAT SCOOT
Soal estetika, kita butuh energi lebih untuk menerjemahkannya. Motor mereka dibiarkan rongsok, variasi butek dan kusam, dengan benda-benda ‘aneh’ seperti kaleng, sapu, ember, hingga kaos-butut yang menempel di motor. Pada aliran ekstrem, skuter bahkan berwajah chopper ekstrem, pro street super panjang, atau berubah total dari monochoque menjadi tubular lewat modifikasi 100%.
Belum membahas penyemplaknya yang, meminjam istilah beberapa bikers, nyetrit banget (ala jalanan alias street). “Aku nggak ngerti sih sama mereka, kok suka berdandan kucel gitu ya,” komentar seorang lady biker. Wah, masuk akal juga tuh komentarnya!
Memang banyak yang tertarik membahas komunitas ini. Dalam ilmu psikologi, misalnya, Prof. Dr. Nimpoeno pernah bercerita soal kecenderungan para manula yang mengalami regresi mental lewat perilaku membuat sarang alias nestbaum: “Mengumpulkan benda-benda tak berharga, rongsokan, dan sebagainya,” jelasnya. Meski tentu tak sepenuhnya berkaitan dengan rat scoot, ada kemiripan pada kebiasaan mengoleksi barang-barang tertentu.
IDENTITAS DAN BUDAYA PERLAWANAN
Hanggianto Matyas, mantan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jogjakarta jurusan Komunikasi, pernah membuat skripsi yang menyinggung fenomena rat scoot. “Judulnya Konstruksi Budaya Perlawanan Komunitas Penggemar Vespa Terhadap Budaya Dominan,” jelas Hanggi, skuteris yang kini berprofesi sebagai wartawan.
“Saya tertarik membahas komunitas ini karena mereka sering dipandang kurang baik oleh masyarakat. Mirip komunitas mods di Inggris, rat scoot menjadi bentuk perlawanan anti-kemapanan. Mereka mengekspresikan perlawanan terhadap budaya dominan lewat identitas khas komunitas Vespa,” tambahnya.
Dalam identitas itu, mereka membawa nilai bahwa penampilan kumuh tidak mencerminkan perangai yang ‘kumuh’ juga. Di jalanan, mereka memamerkan realitas ‘kemiskinan’ secara terang-terangan. Bila kebanyakan jalanan dipenuhi pamer kemewahan, mereka justru menjadi antitesisnya. Jalanan juga harus memberi ruang bagi mereka yang berkantung tipis.
“Jangan lupa, segala atribut seperti bekas ‘luka’ di motor, penyok, sampai barang-barang yang diangkut itu adalah catatan perjalanan pemiliknya. Ooo… penyok ini waktu di sana, atau benda kenangan ini saat turing di tempat tertentu,” ujar Reka Puji Asmara, skuteris dari Motor Antique Indonesia, Jogjakarta.
EYE CATCHING DAN SAFETY
Tak bisa dipungkiri, mereka sungguh eye-catching di jalanan. Fesyen skuteris dan motor ekstrem membuat orang menatap lama. Desain mereka pun gila! Kadang rat scoot memilih bentuk yang tidak umum. Pro street super panjang, misalnya, membuat mereka tak bisa solo ride—selalu butuh partner yang membantu menghidupkan mesin dari belakang. Ini sekaligus membawa pesan: you never ride alone.
Ada juga motor yang secara ergonomi “ajaib”: setang ape hanger ekstrem, posisi duduk tidak nyaman, hingga komponen yang sudah tidak laik pakai. Kadang kita khawatir soal kaidah safety di jalan. Namun bagi mereka, kesabaran menghadapi ergonomi tak nyaman selama turing jauh justru melahirkan kekaguman. Ketahanan fisik mereka luar biasa, mengalahkan rasa frustrasi dalam perjalanan panjang.
Apalagi reputasi mereka sebagai peturing jauh memang tak diragukan. Energi survival mereka pun hebat. Beberapa peturing rat membiayai perjalanan dengan berjualan pernak-pernik, kopi, hingga kaos bikers. Bahkan uangnya masih bisa mereka sisihkan untuk amal saat hadir di pesta bikers mana pun. Luar biasa!
Meski begitu, ada catatan penting soal safety. Modifikasi ekstrem seperti rake berlebihan, desain setang, posisi duduk, wheelbase terlalu panjang, sespan unik, hingga kualitas las yang kadang kurang aman, patut mendapat perhatian. Apalagi untuk peturing jauh yang sering ‘bertarung’ dengan kendaraan besar, risikonya tinggi. Handling terbatas, diameter roda skuter kecil, dan rawan terhadap manuver mendadak serta jalan berlubang.
Sebagai sesama brothers, kita wajib saling mengingatkan agar sisi keselamatan ini lebih diseriusi.
Ingat Bro, jalanan tidak memilih korban. We care for you all, we love you full!! Ha…ha…ha…





